Senandung Ibu Pertiwi Warnai Galeri Nasional

Senandung ibu pertiwi menjadi tema tahun ini dalam pameran lukisan istana yang dilakukan hampir setiap tahunnya. Agenda pameran lukisan istana sengaja dilakukan pada bulan Agustus sebagai bentuk partisipasi memeriahkan peringatan hari kemerdekaan Indonesia setiap tanggal 17 Agustus.

Lukisan Istana yang bertema senandung ibu pertiwi ini menampilkan lukisan-lukisan keindahan ibu pertiwi seperti potret para petani, para nelayan, pedagang, wanita berkebaya, dan juga indahnya pemandangan-pemandangan alam Indonesia.

Senandung Ibu Pertiwi

Lukisan potret nelayan di pelelangan ikan via Dok. Pribadi

Sejujurnya saya baru pertama kali masuk kedalam Galeri Nasional melihat pameran lukisan, apalagi saat ini yang ditampilkan adalah lukisan istana yang pada hari-hari biasa diletakan istana negara saja dan itu pun belum tentu masyarakat umum bisa melihatnya.

Dari 5 Istana Negara yang dimiliki oleh negera kita tercinta ini, terdapat kurang lebih 3000 lukisan di 5 lokasi istana tersebut. Lukisan-lukisan ini menurut keterangan seorang kurator bahwa sebagaian besar lukisan istana merupakan hadiah dari negera lain atas kunjungan kenegaraan sejak zaman presiden soekarno sampai dengan saat ini.

Mengangkat tema senandung ibu pertiwi tahun ini, terpilih 48 lukisan sesuai dengan tema yang saat ini sedang dipamerkan. Memang jumlah yang ditampilkan memang sangat jauh perbandingannya. Hal ini untuk menjaga pelestarian lukisan-lukisan agar tidak cepat rusak. Sehingga pelaksanaan pameran lukisan istana ini bisa dibilang jauh lebih ketat dibandingkan dengan pameran lukisan lainnya.

Galeri Nasional memang memiliki 5 ruang pameran yang di dalamnya disajikan lukisan-lukisan hasil para seniman Indonesia sejak zaman proklamasi kemerdekaan sampai dengan seniman abad ini. Nah karena khusus dibulan kemerdekaan ini, ruang pameran utama dimeriahkan dengan pameran lukisan istana.

Antusias masyarakat terhadap pameran lukisan istana ini cukup besar. Terbukti dari antrian pendaftaran masuk ruangan pameran utama. Peserta yang datang pun beragam, mulai dari anak-anak sekolahan sampai dengan orang tua. Niat mereka berkunjung ke Galeri Nasional pun beragam, ada yang karena tugas sekolah, ada yang penasaran dengan lukisannya, dan ada juga yang memanfaatkannya untuk berfoto.

Senandung Ibu Pertiwi

Antrian masuk pendataan via Dok. Pribadi

Saya mengetahui adanya pameran lukisan istana ini dari twitter dan juga dari rekan-rekan blogger Indonesia. Mendapat ajakan untuk pergi mengunjungi Galeri Nasional membuat saya tidak menyesal. Sebab Galeri Nasional memang cocok dijadikan destinasi wisata kota yang penuh dengan nilai-nilai seni dan budaya.

Bermodalkan rasa penasaran dan juga didorong oleh teman-teman blogger personal lainnya, maka saya  mengiyakan ajak untuk pergi ke Galeri Nasional pada hari sabtu kemarin (12/8). Namun sialnya karena berangkat terlalu siang, jadi saya terpisah dengan teman-teman yang lain. Mereka sudah memasuk ruang pameran lebih dulu, dan saya masih harus mengantri untuk masuk.

Saat memasuki Galeri Nasional saya merasakan hal yang biasa saja. Sebab dulu pernah masuk ke area luar Galeri Nasional. Tapi sayang, tidak jadi masuk pameran karena sudah kesorean dan tutup saat itu. Banyaknya lalu lalang disana membuat saya bingung harus mengunjungi kemana jika ingin masuk ke ruang pameran lukisan istana. Akhirnya saya bertanya kepada satpam dan langsung diberikan nomer antrian masuk ruang pameran.

Saat mendapatkan nomer antrian saya langsung melihat ke nomor panggilan masuk ruangan. Selisihnya cukup jauh sampai 50 nomor. Berdasarkan prediksi perhitungan matematika saya harus menunggu kurang lebih satu jam lamanya. Karena tidak bisa berbuat apa-apa akhirnya saya hanya bisa sabar menunggu sambil melihat anak-anak sekolahan yang datang bergerombolan untuk masuk ruangan atau mengambil nomor urut masuk.

Berdasarkan hasil pengamatan saya terhadap segerombolan anak-anak sekolah tadi. Saya mendapatkan informasi bahwa satu tiket masuk itu bisa untuk lima orang. Oh iya, tiket masuk ke ruang pameran ini GRATIS yaa alias tidak ada pungutan bayar apapun. Jika ada yang minta bayar bisa dipastikan itu adalah PUNGLI. Silahkan langsung laporkan kepada yang berwajib jika kedapatan oknum meminta uang tiket masuk pameran.

Saya menunggu di beton batas antara lorong berlantai dengan pelataran beralas confin blok. Banyaknya anak-anak sekolah yang berkerumun di dekat saya membuat risih dan akhirnya berpindah ke kursi kayu persis didepan saya yang kebetulan ada yang kosong. Duduklah saya disamping pria paruh baya.

Suasana canggung terasa antara saya dengan pria paruh baya tadi. Hal ini membuat saya memberanikan diri membuka percakapan dengan basa-basi. Mulai dari kalimat ekspresi yang saya keluarkan saat melihat suasana di ruang tunggu sampai akhirnya kita membuat percakapan sederhana. Setelah satu frekuensi saya lalu menanyakan nomor urut antri beliau yang ternyata tidak lama lagi akan dipanggil.

Mengingat satu tiket bisa untuk lima orang, lalu saya berani menanyakan untuk gabung masuk kedalam ruang pameran. Dan bapak itu ternyata mau dan akhirnya saya tidak perlu menunggu lama lagi untuk masuk keruang pameran.

Setelah nomor antrian sudah terpanggil, kami akhirnya masuk ke suatu ruang yang fungsinya untuk pendataan peserta pameran dan juga untuk tempat penitipan barang. Pada awalnya saya mengira kalau itu adalah ruang pamerannya, soalnya saya sudah merasakan hawa dingin dan bau-bau cat minyak dari ruang tadi.

Stempel tanda masuk sudah didapatkan, dan juga nomor penitipan sudah didapatkan. Setelah itu kami bergegas ke ruang pameran utama yang ternyata sudahh terlihat sejak pertama kali memasuki Galeri Nasional.

Kami masih harus menunggu lagi untuk bisa masuk ke ruang pameran utama karena banyaknya masyarakat yang hadir. Sebelum menuju ke ruang pamerannya kita masih harus diperiksa oleh bagian keamanan dan selama di ruang pameran hanya dibolehkan membawa kamera ponsel saja. Jadi buat kamu yang mau mengunjungi pameran lukisan istana sebaiknya jangan membawa kamera DSLR atau sejenisnya. Jika dibawa pasti mereka akan meminta kamera itu dititipkan ke penitipan.

Pemeriksaan bagian kemanan sudah, dan kami pun sudah disambut dengan suara kurator yang menjelaskan tentang lukisan besar yang menjelaskan sebuah kondisi di suatu kerajaan. Kurator ini akan memandu kalian untuk menjelaskan satu persatu lukisan yang ada di dalam. Tapi buat kamu yang mau menikmati dan menafsirkan dari lukisannya bisa memisahkan diri. Lagi pula disetiap lukisan sudah ada informasi tentang siapa pembuatnya dan juga keterangan bahan cat yang digunakan.

Oia sampai lupa saya memperkenalkan bapak yang tadi. Beliau adalah Pak Muhlisar, seorang pensiunan disalah satu perusahaan swasta yang saat ini kembali bekerja di perusahaan travel haji dan umroh. Berkat beliau ini Alhamdulillah akhirnya saya bisa masuk ke ruang pameran tanpa harus menunggu lama.

Senandung ibu pertiwi

Saya dan Pak Muhlisar via Dok. Pribadi

Saat berjalan menyusuri lukisan demi lukisan yang ada kami saling bertukar pendapat soal lukisan dan bergantian memfoto diri didekat lukisan. Ketika sedang berfoto menggunakan kamera ponsel yang digunakan pak mukhlisar, tanpa sengaja flash kamera terpantul ke lukisan. Kemudian satpam penjaga disekitar tadi mengingatkan kami untuk tidak menggunakan flash karena akan memicu kerusakan pada lukisannya.

Setelah selesai mengelilingi lukisan demi lukisan, akhirnya saya menyadari bahwa setiap seniman Indonesia memiliki gaya khas masing-masing. Dibawah ini saya tampilkan hasil pengambilan gambar beberapa lukisan istana.

Senandung Ibu PertiwiPotret lukisan pedagang sate via Dok. Pribadi

Lukisan Wanita Kebaya

Lukisan Wanita Kebaya Hijau via Dok. Pribadi

Lukisan Wanita Kebaya

Lukisan Wanita Kebaya Biru dan Merah via Dok. Pribadi

Lukisan Nyi Roro Kidul

Lukisan Nyi Roro Kidul via Dok. Pribadi

Lukisan Keluarga

Lukisan Keluarga via Dok. Pribadi

Lukisan Gatot Kaca

Lukisan Gatot Kaca via Dok. Pribadi

Lukisan Pedagang

Lukisan Pedagang via Dok Pribadi

Lukisan Wanita Kebaya Biru

Lukisan Wanita Kebaya Biru via Dok Pribadi

Lukisan Kabaya Kuning

Lukisan Wanita Kebaya Kuning via Dok. Pribadi

Lukisan Penari

Lukisan Penari Wanita via Dok. Pribadi

 

Setelah selesai saya dan pak muhlisar bertukar nomor handphone, dengan harapan silaturahim bisa tersambung lagi di lain kesempatan.

Leave a Reply