Kisah Sang Supir

Hi, November!

Bulan November menyimpan banyak hal baru yang berbeda dari bulan sebelumnya. Biasanya saya melakukan rutinitas untuk ke kantor, maka mulai bulan ini saya off dan akan fokus pada penyelesaian tugas akhir yang selalu menjadi bayang-bayang disetiap waktu.

Saya sedikit memiliki kesulitan untuk beradaptasi dengan kegiatan yang baru pada bulan ini. Saya harus membuat jadwal baru dan plan baru yang berbeda dari biasanya. Namun di satu sisi, saya diuntungkan dengan memiliki banyak waktu untuk beribadah dan juga bisa sering berkumpul bersama keluarga di rumah.

Seperti kamis malam kemarin saya memutuskan untuk pulang ke Jakarta karena perkuliahan diliburkan sebab minggu kemarin baru selesai UTS. Biasanya saya baru akan pulang pada sabtu malam minggu, namun kali ini saya bisa mengatur jadwal lebih longgar.

Ada sebuah kejadian menarik selama perjalanan kamis malam kemarin. Saya naik angkutan umum 106 jurusan Parung-Lebak Bulus (PP) yang supirnya ini banyak bercerita soal kehidupannya. Entah mengapa dia begitu percaya sehingga semuanya diceritakan. Dalam tulisan kali ini kisah itu akan saya coba bagikan agar bisa diambil hikmahnya.

 

Merantau Dan Tersangka Pengedar Shabu Di Bakauweni.

Saya memilih untuk duduk di samping sang supir, sebab pada saat itu mobil angkutan sang supir sedang kosong tak berpenumpang. Seperti biasa setelah saya duduk, saya mempersiapkan headset untuk menyetel radio sebagai teman perjalanan.

Awal pembiacaraan dibuka dengan sang sopir menanyakan kepada saya tentang mobil sebelum dia apakah kosong atau tidak. Saya langsung menjawabnya tidak melihat sebab yang terlihat pada saat itu hanya mobil dia, angkutan 03, dan angkutan 29.

Pembiacaraan berlanjut ketika sang sopir menanyakan waktu pada saat itu. Lalu saya melihat jam di smartphone dan menjawab “pukul 21.00, Pak” lalu sang sopir terdiam lagi dan saya melanjutkan memasang headset. Kemudian tidak berselang lama sang sopir mulai membuka pembicaran kembali dan secara otomatis saya melepas headset untuk menghargainya.

Sang sopir mulai bercerita soal anaknya yang sudah merantau lima tahun ke Batam namun belum pernah berkirim kabar walaupun sekali. Anaknya di Batam bekerja sebagi montir yang dia ketahui saat hendak berangkat. Saya melihat wajah dia penuh pikiran dan kecemasan, dan dalam hati menebak bahwa dia ada masalah soal anaknya.

Dugaan saya benar, dia melanjutkan kembali ceritanya sambil terus mengemudi dan menarik penumpang. Adik dari sang anak yang merantau ini terus bermimpi soal kakaknya yang pulang ke rumah dari Batam. Awalnya dia mengira ini bunga tidur saja, namun ada hal lain yang membuat dia berpikir kembali soal mimpi anaknya ini.

Hal yang membuat dia terihat cemas karena cuplikan dua orang pemuda yang tertangkap membawa shabu-shabu di Pelabuhan Bakauweni. Dia menghubungkan antara cuplikan yang ditontonya tadi sore dengan berita tv tadi dengan mimpi anaknya. Kemudian dia meminta tolong untuk mencarikan kontak yang bisa dihubungi sehingga bisa menayakan kabar tentang anaknya.

Kemudian dengan senang hati saya mencoba mencari kontak stasiun tv yang menyiarkan berita itu. Twitter menjadi media pertama, sebab aplikasi ini sangat live time. Namun yang saya dapat hanyalah emailnya saja, sedangkan yang dibutuhkan bapak tadi nomer hp atau tlp yang bisa dihubungi.

Kemudian saya melanjutkan pencarian di google dan langsung mengunjungi situs stasiun tv tsb. Tidak perlu menunggu lama saya langsung mendapatkan nomer tlp-nya. Kemudian saya menuliskannya di selembar kertas dan menyerahkan kepada Pak Sopir tadi. Ada wajah senang tergambar dari bapak sopir ini, sebuah harapan untuk dapat menghubungi anaknya.

“Merantaulah! Namun, Sesukses-suksesnya kamu diperantauan selalu ada doa orang tuamu di dalamnya”

#AksiDamai411

Setelah saya memberikan nomer tlp-nya dan memberikan semangat supaya segera mendapatkan kabar tentang anaknya. Suasana kami mulai hening tanpa pembicaraan. Di saat itulah saya bisa menikmati radio Prambors yang menjadi andalan di setiap perjalanan.

Namun lagi-lagi bapak sopir ini membuka percakapan mengenai aksi damai yang akan dilaksanakan hari Jum’at 4-11 2016 tentang penistaan agama yang dilakukan oleh Gubernur DKI Jakarta, Pak Basuki Tjahya Purnama.

Sebenernya topik ‘agama’ merupakan yang paling saya khawatirkan saat berdiskusikan dengan orang asing. Sebab saya khawatir jawaban dari saya salah dan bisa menyesatkan orang lain. Namun dalam diskusi kali ini cukup ringan dan saya menjawab dengan cukup hati-hati.

Saya menjawab soal sebab permasalahan yang terjadi sehingga aksi damai 4-11 ini terjadi. Saya memaparkan bahwa aksi ini dilatarbelakangi oleh penistaan agama yang dilakukan oleh Gubernur DKI Jakarta namun hingga saat ini belum juga diproses hukum sehingga hal ini membuat geram para kaum umat muslim.

Menurut bapak supir ini yang ternyata adalah orang Kristen sangat kecewa dengan pernyataan Pak Basuki. Seharusnya kita sebagai agama lain tidak boleh menafsirkan ayat kitab suci dari agama lainnya . Sebab memang kita tidak paham dengan isi yang ada di dalamnya. Apalagi sampai menghinanya dihadapan muka umum.

Seharusnya sebagai seorang Kristen, Pak Basuki tidak sepatutnya melakukan hal itu. Sebab dalam ajaran Kristen mengajarkan kebaikan dan saling toleransi dengan sesama. Kemudian dia juga sangat menyayangkan dengan tindakan pemerintah yang tidak tegas dan cepat dalam proses hukum.

“Setiap Agama Pastilah Mengajarkan Sebuah Kebaikan, Jika Penganut Agama Bersalah Janganlah Menyalahkan Ajarannya, Mungkin Sang Penganut Agama yang Belum Paham Dengan Ajarannya”

 

Jatuh Karir, Jauh Dari Keluarga

Setelah berbincang soal #AksiDamai411, sang sopir kemudian bercerita kembali soal dirinya yang saat ini sudah jatuh dalam karirnya. Dahulu dirinya merupakan seorang supervisor di salah satu perusahaan tambang ternama. Ada suatu hal yang membuat bapak sopir ini akhirnya jatuh dari karirnya sehingga sekarang dia memutuskan untuk menjadi sopir angkutan. Dia juga mengakui bahwa sebab anaknya merantau akibat terlalu dimanja dan tidak terima dengan kondisi yang menimpa ayahnya.

Dia menceritakan sebuah pengalaman pahitnya dengan keluarganya. Di saat dia jaya seluruh kerbat dekat dan keluarga` sangat dekat dengannya. Namun setelah jatuh, rumahnya kini sangat sepi dengan tamu dari para kerabat dan keluarganya.

Sudah lima tahun lamanya bapak ini jatuh dari karirnya dan selama itu pula seluruh kerabat tidak pernah sekalipun menemuinya ataupun sekedar berkabar. Namun suatu waktu ada salah satu keluarganya datang mengantarkan undangan pernikahan anaknya. Kemudian pada saat itu dia langsung menasehatinya dengan agak kesal.

Setelah kejadian itu seluruh keluarganya  berkumpul di rumah bapak supir ini. Kemudian bapak sopir ini menasehati seluruh keluarga yang datang pada saat itu. Kemudian hubungan mulai membaik namun tidak seperti saat bapak supir ini sedang jaya dalam karirnya.

“Janganlah Kamu Menjalin Hubungan Dengan Orang Lain Karena Uang. Sebab Jika Uang Itu Menghilang Maka Hilang Pula Hubungannya”

Itulah tadi kisah dari sang sopir angkutan umum yang secara sukarela bercerita kepada saya. Dari kejadian itu banyak hikmah yang bisa saya ambil. Selain itu juga ini menjadi pengingat bagi diri ini.

Apa hikmah yang bisa kamu ambil dari kisah sang sopir? Ceritakan di kolom komentar yaa!

25 Comments

  1. Arisman Riyardi November 6, 2016
    • Riski Saputra November 6, 2016
  2. adi febrian November 6, 2016
    • Riski Saputra November 6, 2016
  3. Muhammad Attar November 6, 2016
    • Riski Saputra November 6, 2016
  4. Vindy Putri November 6, 2016
    • Riski Saputra November 6, 2016
  5. Reyza Zamzamy November 6, 2016
    • Riski Saputra November 6, 2016
  6. Santi November 6, 2016
    • Riski Saputra November 6, 2016
  7. Khairulleon November 6, 2016
    • Riski Saputra November 7, 2016
  8. Robby Zulkifli November 6, 2016
    • Riski Saputra November 7, 2016
  9. ijeverson November 6, 2016
    • Riski Saputra November 7, 2016
  10. Arjuna Rafi November 7, 2016
    • Riski Saputra November 7, 2016
  11. Fuji Astyani November 9, 2016
    • Riski Saputra December 6, 2016
  12. Dionisius Dexon November 9, 2016
    • Riski Saputra December 6, 2016
  13. Caroline Adenan March 14, 2022

Leave a Reply